Selasa, 15 Desember 2009

[Edisi 6] Panasnya Siang Tak Jadi Rintangan

Nama : Damiri, TTL : Kendal, 1950, Alamat: Limbangan Kec.Boja Kab.Kendal, Istri : Sukinah, Anak : 2 Anak (seorang putra dan seorang putri) dan 1 cucu, Riwayat Pendidikan: SD Limbangan, Makanan Favorit : Sayur kangkung dan sayur lodeh, Minuman Favorit : Es the, Pekerjaan : Petugas Kebersihan Dinas Kota Semarang, Motivasi : Selama badan kita sehat, kita tetap bekerja.
Pagi buta harus sudah berangkat dari Limbangan menuju Ngaliyan hanya untuk banting tulang di bawah terik panasnya mentari. Pasangan suami istri, Damiri dengan Sukinah yang dulunya bekerja menjadi bakul buah sekarang harus menyapu di sepanjang jalan Ngaliyan.

Pekerjaan ini dipilihnya, karena setelah melewati beberapa pekerjaan, mereka selalu berakhir dengan kegagalan, “Dulu kami sempat menjadi bakul (penjual) buah, tetapi bangkrut”, tutur Sukinah, ibu dari dua anak ini.
Di bawah teriknya mentari, pasangan suami istri ini terus bekerja, “Selama jiwa dan raga kita masih sehat, kita tetap akan bekerja walau sebagai penyapu jalan”, ujar Damiri memperkuat alasannya sebagai penyapu jalan. Mereka mau menjadi pekerja bagi CV. Anugrah Peterongan, karena keterbatasan pendidikan. “Lha saya SD saja tidak lulus, Cuma sampai kelas empat. Saat ini saja saya masih belajar berbahasa Indonesia, terlebih kalau diminta tanda tangan untuk absen, saya lakukan sebisanya saja”. Jelas Damiri.
Setiap harinya harus mengayunkan sapu lidinya di sepanjang jalan Prof.DR. Hamka mulai dari jembatan Wahyu Utomo sampai didepan kantor cabang BRI Ngaliyan. “Kami mendapat jatah paling panjang diantara yang lainnya, perkiraan kami adalah sampai tiga kali lipatnya”, tandas Damiri yang mengenakan topi petaninya.
Mereka bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perolehan hasil keringatnya selama satu hari penuh, hanya mendapat upah untuk keperluan-nya sehari-hari saja. Itu pun jika selama satu minggu penuh berangkat terus. Karena pekerjaan ini sudah ada daftar hadirnya, yang dilakukan petugas untuk mengeceknya tiga kali sehari dengan memberikan tanda tangan. Jadi, semua pekerja penyapu jalan ini dapat bekerja dengan disiplin dan tidak bisa mengelak.
Mereka berdua tergolong sudah lansia, karena dilihat dari raut mukanya dan sudah memiliki seorang cucu. Tetapi me-reka masih mempunyai etos kerja yang tinggi yang dapat dipertanggungjawab-kan. Karena selain bekerja untuk me-menuhi nafkah, mereka juga meniatinya dengan beribadah. Alasannya mem-bersihkan jalan dari gangguan seperti, paku, kawat, pecahan kaca atau yang lainnya dan sampah yang tercecer dijalan adalah termasuk ibadah.(Irfan/NM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar